
Membuka Jendela Dunia Digital dari Lereng Bayan
BRI Research Institute - Sinergi BRI Peduli dan SMPN 6 Bayan untuk Masa Depan Pendidikan Inklusif
Di balik perbukitan hijau dan hamparan sawah di Dusun Teres Genit, Desa Loloan, berdirilah SMP Negeri 6 Bayan — sebuah sekolah negeri yang menjadi tempat belajar bagi generasi muda di salah satu ujung utara Pulau Lombok. Lokasinya yang terpencil, jauh dari hiruk-pikuk kota, menjadi tantangan tersendiri dalam pemerataan kualitas pendidikan, terlebih di era yang menuntut konektivitas dan literasi digital. Namun, semangat belajar siswa dan komitmen para guru tidak pernah surut, meskipun akses terhadap teknologi selama ini sangat terbatas.
Melihat tantangan tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melalui program BRI Peduli mengambil langkah nyata dalam mendukung transformasi digital di dunia pendidikan. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), BRI menghadirkan bantuan berupa 10 unit komputer AIO-PC, 1 modem Telkomsel Orbit dengan paket internet pascabayar sebesar 250 GB, serta pelatihan Etika Berinternet Sejak Dini dan Literasi Keuangan Sejak Dini. Bantuan ini tidak hanya meningkatkan sarana prasarana pendidikan, tetapi juga menjadi jembatan penting menuju tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) poin ke-4 tentang pendidikan berkualitas dan poin ke-9 tentang infrastruktur, industri, dan inovasi.
Kepala SMPN 6 Bayan, Ibu Yuniarti, S.Pd, menyampaikan rasa terima kasih dan optimismenya terhadap masa depan sekolah.
“Bantuan ini menjadi momentum penting bagi sekolah kami. Tidak hanya soal perangkat komputer dan internet, tapi ini adalah simbol kepercayaan dan harapan bagi pendidikan di daerah. Kini siswa-siswi kami bisa mengakses dunia melalui layar mereka. Mereka bisa belajar coding, mengetik tugas, hingga menjelajah sumber ilmu pengetahuan global yang sebelumnya terasa sangat jauh dari jangkauan kami,” ungkapnya.
Pelatihan etika berinternet dan literasi keuangan yang menyertai bantuan perangkat juga menjadi nilai tambah penting dari program ini. Siswa-siswi tidak hanya diajarkan cara menggunakan teknologi, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya secara bijak dan bertanggung jawab. Mereka diajak memahami pentingnya menjaga keamanan data pribadi, bersikap sopan di dunia maya, serta mulai mengenal produk keuangan sederhana seperti tabungan pelajar dan konsep mengelola keuangan sejak dini.
Apa yang terjadi di SMPN 6 Bayan membuktikan bahwa membangun pendidikan yang tangguh tidak harus selalu menunggu kondisi ideal. Sinergi antara dunia usaha dan lembaga pendidikan dapat menciptakan perubahan besar, bahkan di daerah yang paling jauh dari pusat pembangunan. Melalui langkah-langkah kecil namun berdampak besar, BRI dan SMPN 6 Bayan telah menunjukkan bahwa inklusi digital bukan sekadar wacana, tetapi sudah menjadi kenyataan yang dirasakan langsung oleh mereka yang paling membutuhkan.