Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 60 juta bisnis ultra-mikro dan mikro. Mereka adalah kekuatan pendorong penting perekonomian Indonesia, menyumbang lebih dari 60% PDB Indonesia dan menyerap 97% tenaga kerja. Indonesia harus membuka akses bagi mereka terhadap layanan perbankan formal dan mendukung kemampuan mereka untuk mengakses permodalan sehingga mereka dapat mengembangkan potensi pertumbuhan mereka. Selain itu, Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai 90% inklusi keuangan pada tahun 2024 (naik dari 76% saat ini); ultra-mikro dan usaha mikro menjadi fokus utama dari visi ini. Lebih lanjut, keuangan mikro semakin diakui sebagai alat yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan standar hidup masyarakat berpenghasilan rendah. Keuangan mikro terlihat sangat menarik sebagai alat untuk membantu pekerja miskin terlibat dalam aset produktif mereka dan untuk mendorong pengembangan usaha mikro. Pengakuan ini telah memicu antusiasme pemerintah di banyak negara, serta organisasi internasional untuk mengembangkan operasi keuangan mikro.
Kisah keuangan mikro Indonesia yang kaya telah menjadi salah satu keberhasilan yang luar biasa. Contoh yang paling menonjol adalah Bank Rakyat Indonesia dengan Sistem BRI Unit-nya. Selama hampir tiga dekade sejak didirikan pada Januari 1984, sistem BRI Unit telah mencapai kinerja yang berkelanjutan dengan jangkauan nasabah yang luas. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan mikro bekerja untuk perekonomian masyarakat miskin dan juga berkontribusi terhadap tantangan inklusi keuangan di Indonesia.
Pencapaian BRl yang luar biasa dalam keuangan mikro komersial yang berkelanjutan dan kinerja keuangan yang dihasilkannya telah menarik minat domestik dan internasional untuk mempelajari bagaimana BRI menjalankan bisnis intinya. Hasilnya, BRI menjadi benchmark bagi kegiatan keuangan mikro di seluruh dunia. Baik USAID (Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat) dan CGAP (Kelompok Konsultatif untuk Membantu Kaum Miskin) dan konsorsium lembaga donor internasional termasuk Bank Dunia, telah mengakui dan mendukung upaya BRl dalam melakukan pelatihan dan bantuan teknis serta dalam menerima kunjungan studi dari komunitas keuangan mikro internasional.
Melalui lembaga sebelumnya (BRIIM dan BMC) telah dilakukan konsultasi di bidang kewirausahaan, pelatihan dan studi kunjungan keuangan mikro dan UMKM kepada 9.000 orang dari lebih dari 50 negara. Pada tahun 1996, BRI membentuk BRI International Delegation Forum (BRIeF). BRIeF dirancang untuk membantu bank dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) lain untuk mengembangkan operasi keuangan mikro di pasar mereka sendiri. BRIeF didukung oleh sekelompok spesialis keuangan mikro yang berkualitas dan staf lapangan yang berpengalaman. Dengan berpartisipasi dalam BRIeF, dapat dipelajari mengenai keberhasilan BRI dalam mengimplementasikan micro banking di Indonesia serta pengalaman sukses BRI mengatasi hambatan dalam menjalankan micro banking selama Pandemi Covid-19. Pendekatan dan metodologi yang diterapkan dalam program BRIeF tidak hanya teori tetapi juga implementasinya di lapangan. Pada umumnya yang mengikuti pelatihan dan kunjungan studi adalah manajemen puncak bank sentral dan komersial, pembuat kebijakan, investor, lembaga donor, praktisi keuangan mikro, dan akademisi.