Survei dilakukan di 33 provinsi, jumlah responden sebesar 7.149 debitur UMKM
BRI Research Institute - Pemulihan tergambar pada Indeks Bisnis (IB) UMKM BRI kuartal I-2022 yang naik dari level 104,1 ke level 104,6. Kinerja keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang makin solid di tiga bulan pertama 2022 sejalan dengan hasil laporan pulihnya UMKM. Laporan dari survey Aktivitas Bisnis UMKM pada Kuartal I-2022 itu menggambarkan naiknya Indeks Bisnis Indeks Bisnis (IB) UMKM BRI kuartal I-2022 yang naik dari level 104,1 ke level 104,6.
Tercatat laba BRI mencapai Rp12,22 triliun atau tumbuh 78,13% secara year on year (YoY). Di samping profitabilitas yang semakin baik, fundamental bisnis BRI juga semakin kuat, khususnya dalam menghadapi situasi yang masih menantang. Pertumbuhan profitabilitas itu juga diimbangi dari aspek manajemen risiko perseroan yang semakin kuat untuk menghadapi risiko ketidakpastian perekonomian ke depan yang disebabkan adanya perang Rusia Ukraina, inflasi, serta potensi kenaikan suku bunga yang akan terus dilanjutkan oleh The Fed. Hal tersebut tercermin dari Non Performing Loan (NPL) Coverage yang meningkat dari 231,17% pada Maret 2021 menjadi 276% pada Maret 2022.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno mengungkapkan bahwa di samping pertumbuhan laba BRI yang signifikan, fundamental BRI juga semakin sehat dan kuat dengan meningkatkan pencadangan yang cukup. Tidak hanya itu, BRI juga mampu menekan NPL turun menjadi 3,09% per akhir Maret 2022 atau turun 21 basis poin (bps) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Di samping itu, sustainability pertumbuhan bisnis BRI juga dapat terjaga dengan pertumbuhan kredit diatas rata-rata industri perbankan nasional. “Penyaluran kredit BRI mampu tumbuh 7,43% yoy menjadi sebesar Rp.1.075,93 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan nasional di kuartal I 2022 sebesar 6,65%”, ungkapnya.
Sebagai bagian dari transformasi struktur liabilitas, BRI juga semakin efisien dalam menjalankan operasional bisnisnya. Hal ini tidak lepas dari keberhasilan perseroan meningkatkan proporsi dana murah (CASA) dalam komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana murah (CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, dimana secara year on year meningkat sebesar 15,99%. Apabila dirinci, Giro tercatat tumbuh 30,86% dan Tabungan tumbuh 10,17%. Secara umum, saat ini proporsi CASA BRI tercatat 63,63%, meningkat dibandingkan dengan CASA pada Kuartal I tahun lalu yakni sebesar 58,91%. Hal ini mendorong penurunan Cost of Fund (CoF) BRI yang menyentuh level 1,97% atau turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,40%.
Selain efisiensi dari sisi biaya dana, BRI juga mencatatkan perbaikan untuk rasio efisiensi Perusahaan yaitu Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang turun dari 78,41% pada kuartal I-2021 menjadi 69,34% pada kuartal I-2022. “Semangat efisiensi diiringi peningkatan produktivitas merupakan salah satu hasil dari keberhasilan transformasi digital, membaiknya rasio kredit bermasalah, serta keberhasilan menjaga dana murah pada tubuh perseroan,” tutup Viviana.